Showing posts with label Crazy Trip. Show all posts
Showing posts with label Crazy Trip. Show all posts

Wednesday, 11 April 2018

Explore Fulan Fehan with IMIP


Assalamu'alikum...
baru inget ada trip yang lupa di posting...
daripada tambah kelupaan...
 so,, let's see the story.

“Ikut ke Fulan Fehan?” WA Mira kepada saya
“kapan?”
“tanggal 22-23 July” Mira
“oke, ikut.”
Fulan Fehan, kata itu terdengar familiar untuk ku.
Langsung saja aku menggoogle dan  ternyata disana adalah tempat keberadaan Benteng Batu Tujuh.
Ya, sebulan yang lalu saya mendapat tugas dari Dosen, Ibu Dian namanya yang menugaskan kami membuat kliping mengenai Ikon-ikon NTT disertai penjelasannya.
Sekedar informasi, di Nusa Tenggara Timur ini ada 1 Kota dan 21 Kabupaten.
Jika dijumlahkan maka ada 22.
Jadi, jumah ikon yang harus dicari itu adalah 22.
Setiap daerah menyumbang satu ikon.
Nah, dalam kliping tersebut ada pembahasan mengenai Benteng Batu Tujuh, dimana benteng ini berada di Kabupaten Belu, Atambua. Benteng Batu Tujuh atau Benteng Ranu Hitu ini adalah benteng perang tradisional ketika dulu di pedalaman Timor masih marak terjadi perang antar suku.
***
Jumat, 21 July 2017 saya prepare barang-barang yang mesti saya bawa kesana. Mulai dari tas, baju ganti, peralatan mandi, dan barang yang wajib dibawa seperti uang kontribusi Rp 25.000, beras dua mog, dan lain-lain.
***
Jam 8 malam, sampailah saya di rumah kak Nurul.
Jadi, rencana perjalanannya adalah yang perempuan kumpul di rumah kak Nurul sedangkan yang laki-laki kumpul di asrama.
Jalannya ??
Jalannya itu jam 3 pagi.
Jadi, kita nginep di kak Nurul dan di asrama dulu.
***
Jam 3 pagi, semua pada ngumpul di Tamnos.
Suasana yang sepi, dan agak dingin.
Ini adalah pengalaman pertama saya.
Dan lebih gokilnya lagi, kami semua pergi naik motor.
Dan tau nggak ada berapa motor?
Ada 13 motor.
Berapa orang?
Orangnya ada 25. Tapi nanti di Atambua nambah lagi 1 orang. Jadi, totalnya ada 26 orang.
6 cewek dan 20 cowok.
Keren gak tuh???
*kalo menurut saya sih keren, dan udah kayak Touring beneran.
Setelah kumpul, kami berdoa dan jalan menuju Atambua.
Oiy, yang saya suka disini adalah saat masuk waktu sholat, kami singgah di masjid terdekat.
Sholat shubuh mampir di Mesjid Takari, masuk Dhuha mampir di Mesjid Kefa.
Tibalah saya di Atambua jam 12 siang.
*Sebenarnya yang lain sudah tiba duluan 45 menit yang lalu di Atambua.
Saya tiba terlambat karena kami (Saya, K Arif, K Rala dan K Yaya) nyasar sampai ke perbatasan Dili tapi bukan perbatasan di WINI nya.  

***
Saat perjalanan malam itu. Pemandagan di langit indah sekali. Bintang bertaburan terus ada satu bintang yang besar. Bulannya juga cantik dan sedikit tertutup awan.
Saat matahari terbit, langit pun indah berwarna biru dan dicoraki warna pink, orens, ungu.
Pemandangannya jempol deh.
***

 Btw ada kejadian dimana saat di jalan menanjak, saya dan k Arif jatuh motor di tanjakan pas mau ke Fulan Fehannya. 
Motornya bukan jatuh ke kiri atau ke kanan ya... 
tapi jatuhnya itu kayak bola yang menggelinding.
Untung saja bisa di rem-rem kalau ngga udah jatuh kali ke jurang yang ada di situ😢
 Alhamdulillahnya ngga ada luka serius cuma tangan yang lecet terus badan pada sakit😂
turus injakan motornya k Arif sampai lepas.
By The Way
Bukan saya saja yang jatuh tapi ada beberapa yang tumbang juga
Alhamdulillahnya yang lain tumbangnya tak separah yang saya alami.

***
Jam delapan malam udara tambah dingin. 
Kami mengelilingi api unggun lalu makan.
Nasi, mie, dan sarden 
*seingat saya itu. heehee...
Disaat kami makan malam Mira sudah tidur pulas pake selimut kepompongnya k Buyung.
Setelah makan malam itu beberapa dari kami tidur di tenda masing-masing sedangkan beberapa yang lain masih asik cerita.
Nah pas jam 12 malam, asli saya dan Indi menggigil kedinginan.
Saat itu saya berharap matahari cepat terbit.
Untungnya kami bisa bertahan.
dan jam 3 pagi  yang masih gelap itu, saya dan Indi kebelet.
jadi, kami membangunkan k Adrian.
yups, hanya kami berdua di lokasi saat itu yang masih melek sedangkan yang lain terlelap dengan pulasnya.
Saat itu k Adrian bangun tapi dia tidak mengantar kami.
dengan berbekal senter hp di iringi dengan musik, kami memberanikan diri pergi ke tempat pembuangan yang jaraknya lima belas meter dari tenda kami.
dan saat lihat ke arah k Ardian, nah loohh...
k Adriannya ngga ada.
ternyata dia balik tidur lagi.
untung saja saat itu kami tidak berpikiranyang macam-macam (hantu) dan
untung juga saat itu tak terjadi hal-hal yang aneh.
Alhamdulillah 😊💖


*P*A*G*I*

Yess... 
sunrice...
semua bangun jam lima pagi untuk menyaksikn sunrice.
so cool...

***

Jam 10 pagi kami balik ke Atambua sebelum ke atambua kami mampir ke air terjuan
*lupa nama air erjunnya ✌✌

***
Jam 10 malam kami tiba di Soe lalu kami makan malam di sana.
kerennya kami seperti membooking rumahmakan itu.
yupss.. 
rumah makan itu dipenuhi oleh kami.
:D

Kurang lebih satu jam lagi sampai Kupang, tiba-tiba ban motornya Iqi bocor.
eng...eng...
cari tambal ban tapi tambal bannya sudah pada tutup.
Saat itu ketemu  rumah yang di depannya ada alat tambal ban,
kami dengan sedikit mengganggunya mengetok-ngetok rumah tersebut, 
memanggil-manggil orang rumah tersebut, namun sayangnya tidak ada yang menjawab.
kemudian kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan.
.
Alhamdulillah, tidak jauh dari situ ada tambal ban yang buka.
Ban langsung di tambak/ganti gitu *lupa*
dan yang lain istirahat sebentar di situ.
.
Selesai..
kami lalu melanjutkan perjalanan pulang.
Pukul 3 pagi kami sampai Kupang.
Saat itu kami masih kumpul di depan Gedung Keuangan.
Saat semua sudah tiba, barulah kami pulang ke rumah masing-masing.

*T*H*E*     *E*N*D*

.
.
.


INi VidiO PerJaLaNaNNYa
Editornya  (Saya sendiri)
*M*A*S*I*H*
"AMATIR"
So...
*H*a*R*a*P*     
*D*i*M*a*K*L*u*M*i*   
*Y*A*








Tuesday, 25 April 2017

Real Trip and Adventure at Pantai Teres



Saya (Elsa), Dian, Mirah, Zahra, k Wan dan k Yusmiar pergi ke Pantai Teres dan ini cerita kami…
Rencana pergi ke pantai ini sudah dari dua hari yang lalu tepatnya tanggal 15 April 2017. Sebelumnya chattingan dulu di fb namun rencana tersebut  dibatalkan. Dan satu hari sesudahnya saya mendapatkan sms dari Zahra “Assalamualaikum… Elsa bsok jln ko?” namun saya baru membalas pesan tersebut di tanggal 17 April “Mbb… Jln pi mana zar? Emang ni hari masih libur?”. Zahra bilang “Iya masi elsa, klo u mmg mau jln u sms ka yusmiar n k wan e, b snd ada paket bbm ni”. B balas “OK”.
Jadi, b sms semua dan fix jam 10 sudah ada di depan halte kampus.
Ngomong-ngomong dari hari Rabu, 13 April kami memang libur dalam rangka perayaan Paskah bagi umat Katolik.
Jam 10:05, saya sudah tunggu di depan halte namun belum ada siapa-siapa. Sepuluh menit kemudian saat mau beli tisu di kios, k Yusmiar datang. Lalu kami menjemput Mira di kosnya. Setelah sampai di Mira kami jemput Dian. Saat itu kami lewat jalan bawah di dekat kosnya Mira karena katanya dari situ tembus gereja di Oesapa. Karena baru pertama kali gw lewat situ yaudah, jalan aja. Terus gw liat-liat sekitar lingkungan situ, gw liat ada satu rumah yang mirip sama rumahnya Dian dan ternyata memang itu rumahnya Dian. Ternyata jarak kosnya mira dengan rumah Dian dekat banget. “teett…teeet.” Saya mengelakson di depan rumahnya dian dan memberitahukan k Yusmir dan Mira untuk berhenti. Lalu setelah menjemput Dian kami menuju K Wan sama Zahra yang sudah menunggu di Tarus.  
Sebelum jalan kami berdoa dulu tapi “cepat le doanya” kata Dian. Gw mah senyum aja…
Kurang lebih 30 menit, perjalanan kami sampai di Pasar Oesao. Disana kami berhenti sejenak lalu kami bilang sama k Yusmiar “jalannya jangan ngebut-ngebut k.” “b takut hujan disana” jawabnya. “sonde hujan. Ko ini ada pawai ju, paling dong su palang hujan. Jalan santai sa” balas kami.
Memasuki kawasan hutan lindung jalanan berkelok-kelok. Tiba-tiba saja motor yang di tumpangi k Wan dan Zahra melonceng ke pinggir dan mereka hampir jatuh. Saya dan Dian hanya tertawa saja dan khawatir juga.
Dua puluh menit berlalu, kami pun sampai di jalan menurun dan berpasir. Jalanan ini adalah jalan menuju Fatubraun dan juga Pantai Teres. Untuk menuju Pantai Teres, memerlukan perjuangan yang lebih lagi karena jalanan masih panjang sekitar  6km dari Fatubraun.  
Sebelum melewati jalan menurun tersebut, saya memberhentikan motor dan meminta Dian untuk menjadi joki karena saya takut jatuh sebab sebelumnya saya pernah melewati jalanan tersebut dan dua kali jatuh di tempat yang sama. Kami pun jalan. Tapi belum dua menit berjalan ternyata k Yusmiar dengan Mira tumbang (jatuh) dari motor. Lalu k Wan pergi menolong mereka.
Mira “kak Yusmiar ni, bukan angkat motor dulu malah angkat b ni. B pu kaki tertendes motor (sambil ketawa dengan muka sedih dan agak jengkel)”.
Sampai di cabang menuju Fatubraun dan Pantai Teres. Di jalan menuju pantai Teres ini jalanannya lebih menurun dan menyeramkan.
 “Elsa, mundur do” kata Dian.
Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Dian karena saat itu, saking lucunya saya hanya bisa ketawa sampai perut saya sakit. Karena saking menurunnya jalan tersebut saya yang dibonceng Dian merosot sampai di tempat duduknya Dian. Dan Dian sampai-sampai berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk. 😃  padahal ya sudah memegang pegangan di belakang motor. Disitu saya dan Dian hanya bisa tertawa. Untung masih ada jalanan yang rat, lalu saya meminta dian untuk berheni. Dan kami membenarkan posisi duduk kami masing-masing. 😃
Sebelum ke pantai, kami menyempatkan berfoto di dekat Fatubraun.
Kami meminggirkan motor dan menyetandarkannya kemudian menaruh helm di motor masing-masing.
Yang lain sudah berfoto sedangkan saya dan Dian baru akan menaruh helm kami. Saya pun menaruh helm di motor saya dan tidak lama di ikuti Dian. Sedang asik-asiknya dan belum lama berfoto tiba-tiba “bruk…” motor saya jatuh. Helm yang kami taruh menggelinding ke bawah. Untung saja tidak menggelinding terlalu jauh.  Kemudian saya dan Dian langsung mengambil helm dan para cowok memberdirikan motor. Lalu saya meminta Dian untuk memarkir motor di bagian kanan jalan yang jalanannya lebih rata. Ternyata tadi kami memarkir motor belum betul sehingga motor tersebut jatuh.
Setelah puas berfoto di situ kami melanjutkan perjalanan. 
Saat ada view yang bagus, saya dan Dian berhenti dan berfoto sehingga teman lain yang sudah duluan jalan mereka harus berhenti karena menunggu kami yang lama datang.
Jam setengah dua siang, sampailah kami di jalanan beraspal area pantai. Alhamdulillah jalanannya sudah halus.
Kami lalu ke arah kiri namun tidak melihat Pantai Teres, yang ada hanyalah kali dan Mira “hee….? (bingung) ini kan jalan pulang”.  “Jadi, dimana Pantainya?, masa hanya begini sa? Ketong balik sa ke jalan kanan, mungkin disitu pantainya.” kata saya. Saat jalan ada pesawahan lalu kami berhenti untuk berfoto-foto lagi. Padahal pesawahan yang dekat Kupang ada di Oesao, tapi kami malah foto di tempat ini. Setelah berfoto kami melanjutakan perjalanan. Sepanjang perjalanan jalan di pantai tersebut beraspal namun ada beberapa bagian yang rusak, sehingga terkadang kami yang mengendarai motor rasa-rasanya mau jatuh. Dan kami belum ketemu letak Pantai Teres yang biasanya di kunjungi wisatawan.
Saya melihat di bagian kanan pantai ada batu-batu yang besar lalu kami pun memutuskan menuju ke batu-batu tersebut. Saat jalan, kami melihat sekumpulan bapak-bapak yang adalah penduduk setempat dan kami bertanya kepada mereka “Pak, Pantai Teres dimana?”, “disana” (tunjuk bapak itu ke arah kiri) , “kalau yang disebelah kanan pantai apa ,pak?”, “Pantai Batu Tujuh” jawab si bapak.
Kami pun pergi ke Pantai Batu Tujuh.
Dua puluh menit perjalanan dan tinggal setengah perjalanan lagi, mungkin kami sudah sampai di Pantai Batu Tujuh tersebut. Namun sayang jalan menuju pantai rusak dan tidak memungkinkan. Dari pada kenapa-kenapa kami akhirnya balik ke Pantai Teres. Saat balik, awan hitam tebal datang dari arah utara. Namun kami malah berhenti sejenak di pantai untuk berfoto. Di pantai tersebut ada tanaman rumput yang bentuknya seperti bulu babi tapi warnanya coklat. Karena menurut saya dan Dian tanaman tersebut unik maka kami berfoto disitu. Sampai-sampai Dian mengambil tanaman tersebut sebagai kenang-kenangan. Setelah itu kami berdiskusi tentang jalan pulang mau melewati yang mana. Awalnya kami mau ikut sarannya Mira lewat jalan satunya yang tidak susah mananjaknya namun kami tidak jadi melewatii jalan yang di sarankan Mira tersebut karena saat kami tanya di salah satu penduduk, katanya jalan tersebut tidak bisa dilalui. Akhirnya kami nekat melewati jalan di Fatubraun lagi. Saat kami jalan, hujan sudah tiba. Kami pun basah kuyup.
Belum ada seperempat perjalanan motor saya dan k Yusmiar tidak bisa jalan karena ban motor kami dipenuhi lumpur. Sedangkan k Wan dan Zahra sudah duluan di atas perbedaan jarak kami adalah 3km.
Karena motor kami tidak bisa jalan, akhirnya kami memutuskan untuk turun kembali dan melewati jalan yang di sarankan Mira. Saat itu kami terik-teriak memanggil k Wan dan Zahra namun mereka sudah terlanjur jauh. Becek, lumpur, basah, licin, dingin dan butuh perjuangan. Itulah yang tergambar saat kami mau menuruni jalan di Fatubraun. Baru jalan sedikit motor macet karena lumpur tersebut menempel di ban motor dan membuat motor itu tidak bisa bergerak, sampai-sampai bagian bawah sepatu yang saya gunakan juga dipenuhi lumpur juga dan sepatu saya seperti ditambah hak 3cm dari lumpur tersebut dan saat saya jalan yang ada badan saya sulit untuk degerakan, saya berjalan seperti sebuah robot. Saat itu mira yang paling senang ngetawain saya.  Badan basah, baju dan celana kotor karena lumpur, sepatu terkena tanah basah dan saat jalan pun sulit. Kami lalu membuka sepatu dan sandal alias kami nyeker tanpa alas kaki. Saya, Dian, Mira dan k Yusmiar ganti-gantian membersihkan ban motor yang terkena lumpur baik dengan tangan maupun dengan ranting kayu dan kami bergantian menyetir.
Karena kerepotan, tanaman yang ingin di bawa pulang sama Dian dibuang di situ.  ☹ memang agak repot juga membawa tanaman tersebut.  
Saat  k Yusmiar dan Mira masih berhenti sejenak. Saya dan Dian perlahan melanjutkan perjalanan. Kami mencari jalan yang ada tumbuhannya agar motor bisa jalan sedikit demi sedikit. Mungkin ada setengah kilo meter sebelum sampai di jalan beraspal, motor saya jatuh dua kali saking licinnya. Karena cuma berdua, saya dan Dian lalu berusaha berdirikan motor saya yang besar dan berat itu. Akhirnya, kami sampai juga di jalan beraspal. Kemudian kami berhenti di kali dan membersihkan motor dari lumpur yang menempel tersebut.
Tidak lama, Mira dan k Yusmiar datang dan di belakang mereka ternyata ada Zahra dan k Wan. Sudah bersih sedikit, saya dan Dian duluan jalan. Tiba di pertigaan dan kami bingung mau lurus terus atau belok kiri. Akhirnya kami menunggu yang lain datang. Lima menit menunggu akhirnya merekapun datang. “Lamaya” kata kami.
Kami bertanya sama Mira tentang jalan pulang yang dia lalui dulu dan ternyata dia juga tidak terlalu ingat jalan tersebut. untung ada seorang bapak dengan mobil lewat. Kami lalu bertanya. Kata bapak tersebut kalau mau pulang ke Kupang lewat jalan ini (arah utara) kalau lurus (arah timur) itu jalan buntu.  Tanpa memperlama waktu kami pun jalan mengikuti instruksi yang bapak tadi katakan.
Baru jalan sepuluh menit seorang  anak laki-laki dari arah depan mengatakan “jalanan tidak bisa lewat, kali meluap”.  Saat itu ada sebuah mobil yang mengangkut kayu bakar. Mereka juga berhenti karena tidak bisa lewat. Kami bertanya sama anak tersebut “air kali berhenti keluar kapan?”. “malam baru berhenti kak”  kata anak itu. Panik dan takut itulah perasaan para cewek karena ini di hutan dan sudah mulai gelap waktu menunjukkan pukul 17.30, lalu perasaan kami  khawatir karena besok kami masuk kuliah. Sambil menunggu air berhenti, penduduk setempat mencoba berjalan di kali menuju seberang. Kami si empat cewek menunggu di motor dan makan bekal yang kami bawa. Saat itu juga kami mencari ide jika tidak bisa pulang besok apsen kampus bilang apa?. Mira bilang “taruh sakit sa nanti tinggal minta surat keterangan sakit di dokter”. Kata saya “mending ketong rekam ini kejadian supaya jadi bukti”. Namun saat itu masih hujan rintik-rintik dan tidak ada yang mau mengeluarkan hp masing-masing, takut hpnya rusak. Dan saat itu juga  Zahra cerita kalau dia tadi hampir hanyut di kali yang pertama,  utung k Wan langsung tarik dia. Lima menit berselang si supir mobil mencoba menerjang arus di kali dan Alhamdulillah, utungnya berhasil ke seberang. Hujan sudah reda, saya mengeluarkan hp saya dan merekam kejadian yang menurut saya ini adalah perjalanan yang sangat langka dan menantang sekali. Lalu si supir dan penduduk setempat membantu kami menyeberangi kali di arus yang deras. Saat merekam kejadian ada seorang mama yang bilang ke saya biar tante yang rekam saja nanti baru ambil hp karena saat itu saya, Dian, Mira dan Zahra menyeberangi kali tersebut. Kami pun sampai di seberang. Kemudian k Wan menyeberangkan motor kami satu persatu. Ini baru dua rintangan dan ternyata di depan masih banyak rintangan lainnya.
Satu jam perjalanan menuju jalan besar beraspal kami masih harus melewati tanjakan yang bebatuan , yang licin dan berlumpur. Motornya Zahra bensin belum di isi, motor saya sulit melaju karena tanah yang berlumpur sedangkan motornya k Yusmiar tidak bisa mendaki jika dinaiki dua orang. Jadi, sepanjang perjalanan kami harus berjalan kaki dulu pada saat di tanjakan maupun di jalan berlumpur kemudian naik lagi ke kendaraan saat jalanan rata, lalu kami harus dorong motor saat motor mogok. Mobil yang bersama kami pun terkadang mogok. K Wan dan k Yusmir beberapa kali bantu mendorong mobil tersebut. Saat itu sudah gelap dan kami mash berada di tengah-tengah perjalanan yang menantag. Yang melewati jalanan tersebut ada empat motor dan satu mobil. Beberapa menit kemudian ada sebuah mobil yang ternyata itu adalah mobl si bapak yang diawal kami menanyakan arah jalan pulang ke Kupang. terkadang kendaraan lain sudah duluan dan yang dibelakang adalah kendaraan saya dengan Dian. Kenapa posisi kami bisa di belakang? Motor yang dikendarai kami tidak bisa jalan menanjak jika diduduki dua orang. Jadi, saya harus turun dan membatu Dian menjalankan motor. Saat itu kami takut karena kami perempuan, terus hari gelap, dan kami yang terbelakang. Jadi, kami selalu mengejar mobil yang sudah di depan kami supaya kami tidak berada di posisi belakang lagi. Kami sudah berada di depan mobil dan beberapa saat kemudian motor berat lagi dan tidak mau gerak. Saya harus turun lagi dari motor. Saat itu karena sudah capek dan yang lain sudah di depan termasuk Dian dan saya masih di belakang. Akhirnya saya numpang di mobil si bapak. 😃 lalu sampailah kami di jalan besar dan si bapak mengelakson Dian, k Wan dan k Yusmir agar mereka berhenti karena saya ada di dalam mobil tersebut. Tapi mereka malah mau jalan terus. Untung salah satu dari mereka ada yang sadar kalau saya berada di dalam mobil tersebut dan akhirnya mereka berhenti dan saya pun kembali ke kendaraan saya.   
Sudah azan Isya dan kami pun tiba di rumah penduduk yang berjualan bensin. Kami lalu membeli bensin tersebut. k Yusmiar membeli tiga botol, saya dua botol dan Zahra dua botol. Namun yang menjadi kendala di sini adalah kunci motornya Zahra hilang, akibatnya jog motor tidak bisa di buka, kami pun mencari cara agar jog motor tersebut bisa terbuka kembali. Mulai dari pinjem obeng di teman lain dan si penjual, meminjam gunting dan ketika ada orang yang lewat kami meminta pertolongan. Namun tetap saja jog motor tersebut tidak bisa di buka. Untungnya jog motor masih bisa dibuka sedikit dengan mengangkat tempat duduk motor dan bisa dimasuki satu tangan. Alhamdulillah tempat pengisi bensin juga bisa dibuka kami lalu mengisi besin. Disitu K Wan yang mengangkat tempat duduk, k Yusmiar yang memegang selang, saya dan Mira yang mengisi bensin, dan Dian yang memberi penerangan menggunakan senter hp. Dan untungnya motornya Zahra masih nyala walaupun tidak ada kunci motor. Lalu, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Kupang. Jalan yang kami lewati ini berbeda dari jalan sebelumnya, namun tetap tembus di jalan besar. Saat itu sudah pukul tujuh malam dan kami masih melewati kawasan hutan lindung. Suasana disana sepi, gelap, dan berkabut lalu hanya ada tiga kendaraan yang lewat yaitu kendaraan yang kami bawa. Dan beruntungnya beberapa menit kemudian banyak kendaraan di depan yang searah dengan kami. Jadi, tidak sepi lagi.
Dingin, tubuh saya menggigil sedikit, untungnya saya masih bisa bertahan sampai akhir. Saat itu yang bawa motor saya adalah Dian namun karena Dian kecapekan dan kepalanya sudah pusing, maka saya yang gantian mengendarai sampai pulang.
Akhirnya kami sampai di Pasar Oesao. Kami berhenti sebentar untuk beristirahat sejenak. Saat itu kami tertawa dengan keadaan kami yang kotor akibat lumpur disana, kami seperti habis membajak sawah.  Sepanjang perjalanan orang-orang yang lewat di sekitar kami membicarakan kami.
Karena motor kotor, saya minta agar cari tempat cuci motor dulu. Sepanjang perjalanan saya tanya di Dian “tempat cuci motor masih ada yang buka ko?”. Dian bilang “ada di Oesapa”. Tapi sebelum sampai Oesapa, Dian ingat kalau di Sitarda ada tempat cuci motor jadi, kami langsung kesana. Untung tempat cuci motornya belum tutup alias masih buka. Kami langsung cuci motor di situ. Namun saat ditanya cuci motor harganya berapa, si pencucinya bilang lima belas ribu. Padahal biasanya cuci motor hanya sepuluh ribu. Mungkin karena kondisi motor yang lengket dengan lumpur dan kotor sekali. Mau dikatakan apa lagi, sudah malam begini akhirnya kami cuci saja motor kami dengan harga segitu. Dan si pencuci motor juga menertawai karena keadaan kami yang kotor dipenuhi lumpur.
Di tempat cuci motor, kami meminta air untuk membersihkan sepatu, celana dan kaki kami yang berlumpur.
Sambil menunggu kami duduk dan menanyakan keberadaan Zahra dan k Wan. Selang beberapa menit telpon saya bunyi, ternyata mama telepon “dek, dimana? Sudah malami gini, kapan pulang?” dengan seribu satu alasan saya pun menjawab “lagi di Dian, dan masih di tempat cuci motor ma, sedikit lagi baru pulang”. “jangan malam-malam pulangnya” kata mama. “iya” jawab saya.
Lalu ada telepon lagi dari Zahra “besong dimana?”. “lagi di Sitarda dekat Hemart, datang sini sa”. Beberapa menit kemudian Zahra dan k Wan datang. Lalu k Wan mengambil kunci motor saya yang tergantung di motor. ternyata dia mencoba mematikan motornya Zahra dengan kunci tersebut, berhasil mati namun saat mau dinyalakan tidak bisa lagi. Ooo…ooo… “kenapa di matin?” kata Zahra. Satu masalah bertambah. Dan sekarang gimana caranya k Wan dan Zahra pulang?. Kak Wan kembali mengutak-atik kontak motor siapa tau bisa nyala, saya dan k Yusmiar juga bergantian mencobanya namun tetap saja tidak bisa. Di situ Zahra cerita lagi kalau sendalnya ketinggalan di tempat jual bensin akhirnya dia nyeker.
Jam Sembilan malam motor kami telah bersih. Dan k Wan sudah menelepon Iky untuk datang dan menolongnya derek motor, k Yusmiar juga bersama mereka. Saya, Dian dan Mira pun akhirnya satu motor bertiga. Kami pulang duluan. Pertama-tama anter Dian ke rumahnya lalu dari situ Dian dengan Mira satu motor pakai motornya Dian dan saya sendiri. Kami mengantar Mira ke kosnya. Karena saya penakut, saya minta Dian antar saya sampai di Stim namun Dian bilang “sudah sampai di Bundaran sa”. Belum sampai di Bundaran tiba-tiba ban motor depannya Dian kempes di depan Kampus Undana. Akhirnya Dian mengantar saya sampai di situ saja dan saya pun melanjutkan perjalanan pulang.  Saya sampai di rumah jam sepuluh malam.
Perjalanan ini memberikan banyk pelajaran kepada kami dan kami mungkin insyaf untuk perjalanan yang kami sendiri belum tau rintangan dan kondisi tempat tersebut. lelah, letih, dan cape. Liburan kali ini sungguh diluar dugaan dan melebihi film nekad treveller atau my trip my adventure. Liburan kali ini membuat saya kopok untuk berjalan jauh. Ditambah lagi keesokan harinya setelah bangun tidur. Badan terasa capek, saat menaruh kaki ke tanah yang dirasakan adalah kaki seperti meninjak duri lalu badan kami sedikit tergores dan luka terkena duri atau benda-benda asing saat perjalaanan kemarin.



Tuesday, 1 November 2016

Trip to Soe

Sabtu,  29 Oktober 2k16...
Pergi ke Soe nya dadakan.
Jadi, satu hari sebelumnya selagi duduk-duduk di ruang kemahasiswaan,  Gesty cerita kalau dia,  k Umbu dan Pak Baskoro mau pergi ke Soe. 
Langsung aja b bilang mau ikut. Terus b ajak Dian juga. 
Nah, pulang dari kampus. sekitar jam 7 malam gt b telp dian, tanyain dia udah minta ijin belum ke mamanya. Tp dia bilang "B sond ikut cz belum minta ijin. " yaudah deh.  B sms Gesti bilang "Ge, b sond jadi ikut pi Soe" .
Pas udah sms gt tiba2 ada yg nelpon, ngga taunya dari k Umbu.  Dia ngajak lagi supaya b ikut cz Mira temannya b snd ada motor to... 
Akhirnya,  b setuju ikut jalan pi Soe.
Pas hari H.  B jemput Mira jam 7 lewatan cz katanya mau jalan ke Soe nya jam 8. Tapi tau to , ketong di Kupang jam terlalu ngaret.  Jam 8 janjian ma nanti jam 10 baru jalan.  😰
Su b dan Mira sampai di kos nya Gesti cz ketong janjian kumpul disana.
Mira ada ajak Marlin jadi pas sampai di Gesti, Mira pinjam k Umbu pu motor ko jemput Marlin.  Karna terlalu lama akhirnya b, Pak Bas, k Febby, k Angel, k Hendro, k Albert, k Evan dan 2 orang lagi jalan duluan.  Sampai di air terjun Oesusu ketong kumpul untuk istirahat dan sekalian yang terlambat jalan ju jadi bisa sama2.
Jam 11.30 habis istirahat ketong langsung lanjutkan perjalanan. 
Belum masuk Soe, b pu motor ban belakang pecah ~
Untung sa yang bawa kakak2 dong jadi aman sa 😁
So,  ketong cari tambal ban ko ganti ban sa. 
Sampai di Soe, jam 2 siang.  ketong nginap di rumahnya k Wahyu. 
Habis itu jam 3 ketong lanjut pi Gesti pu rumah.  Ternyata Gesti pu rumah dekat dengan Bu'at dan kolam buaya.  Jadi,  jam 4 sore ketong mampir pi sana 😁📷
Habis itu jam7 malam di rumah Gesti ada acara ultah adiknya dan ketong pun makan2😀😁
Mama & bapaknya gesti, k Umbu suruh tambah makan.  Padahal su kenyang.  Terpaksa b tambah Cz takut dong marah.  Hehehehe.... 
habis acara, ketong balik ke k Wahyu pu rumah untuk mandi. 
Nah,  setelah mandi abis ketong balik le pi Gesti pu rumah. 
Karena Soe itu dingin jadi Mira kedinginan + kecapean.  Saking kecapeannya dia su kayak orang pingsan / kesurupan begitu. 
Ketong yang mengantuk jadi sadar,  yang lagi b'goyang ju langsung stop ko pi liat Mira. 
Ketong pu wajah sond ada model le.  Su sontau ju mau panik ko mau ketawa ko mau menikmati acara ko atau mau urus Mira ¿ campur aduk su itu perasaan ~
Pas mira berontak pak Bas,  Marlin,  k Febby,  n ortunya Gesti kena sasaran. 
Mira eee...  😱
Co b rekam sa baik ea.  😁Hehee...
Akhirnya jam 12.30 pagi ketong bawa Mira pi k Wahyu. 
Terus karna dia bilang kedinginan na sudah ketong kasih selimut dan akhirnya dia sadarju. 
Terus ketong cerita pi dia kejadian panik n lucu yang di buat dia. 
Gara2 itu jam 2.30 baru ketong bisa tidur.  Ma b jam 4 pagi su bangun gara2 pas bebagi bantal dan Mira tiba2 dia yang kuasai semua.  Na b jd son bisa tidur to 😢😫
Ma sond papa su.  Mengalah sa...
Jam 5.30 ketong masak nasi goreng.  Yang jadi chefnya k Hendro.  Hehee...  kita mah bantu ngupas bawang sa dan nyupir (nyuci piring) wkwkwk...
Habis masak terus ketong sarapan jam 8...
Habis itu ada yang mandi dan balik tidur lagi.
Rencana awal mau pi air terjun cinta malah cuma pi air terjun Oehala.  Tapi sond papalah.  B tau ada hikmah dibalik semua itu. 
Jadi jam 12 siang lewat ketong pi air terjum Oehala.  Terus balik ke Kupang jam 2 siang.
Pas sampai di arah Camplong situ tiba2 Mira kambali cape le dan pingsannya kumat ~
Hmmm... 
Akhirnya,  yang tadinya b naik motor dan k Albert jadi GTO (Gonceng Tiga Orang) jd yang bawa motor tu k Umbu,  terus Mira di tengah dan b di belakang.  Ketong pake motor fiction nya k Uchun ~
Sampai di Kupang jam 5 sore.  Ketong pi Marlin pu rumah supaya Mira bisa istirahat. 
Jam 05.30 - 06.00 ketong pulang dari rumahnya Marlin  . 😉🏠🏠🏠
home sweet home 😍
~ The End ~ 


 Moment Taken   



Menghindar Jauh-Jauh Dari Buaya
😀
  
foto ini maksudnya dengan buaya. Tapi gara-gara penakut ya foto dari jauh aja. 
yang pada akhirnya nggak kelihatan.  
Yups... b sonde berani dekat-dekat takutnya nyawa ilang. 
ma b pu kk senior dan teman satu angkatan pada berani dan beselfi dengan itu buaya puti... 
daebak ...  


Bu'at

  


Air Terjun Oehala 








Saturday, 10 September 2016

FatuBraun

Kamis,  6 September 2016
Kami pergi ke FatuBraun. 
Dua jam perjalanan kami tempuh. 
Tapi seperti biasa sebelumnya kami janjian ~
Saya, Mira,  Zahra,  K Wan,  Iqi, Novan dan Carita yups 4 cewek & 3 cowok.  3 motor...  itu lah rencana awal kami dan akan ketemu di Halte depan Kampus jam 8 pagi  ~
...
7.00 saya menelepon Zahra dan menanyakan jadi pergi atau tidak dan "jadi, tapi jangan jam 8 karena terlalu pagi " katanya. 
" Oke " .
Jam 8 saya jemput Carita setelah itu kami pergi ke rumah Novan. 
Duduk di rumahnya hampir setengah jam dan dia belum selesai siap-siap. 
Jam 8.45 kami menjemput Mira di kosnya. 
By the way saat jemput Novan ada Reynold & Adi yang lagi nyuci motor dan Novan cerita ke mereka bahwa kami mau ke Fatubraun . JAdi, Reynold dan Adi ikut juga.  Jam 9.15 kami kumpul di Halte dan menunggu Zahra & K Wan.  
Katanya mereka sudah dekat.  Tapi tak berapa lama zahra telp dan ternyata mereka masih jemput Iqi.  Dan mau tau apa???,,  ternyata Iqi tidak jadi ikut karena dia nggak mau kalau bawa motor sendirian dia maunya ada teman ngobrol gitu. 
Fine lah...  akhirnya jam 10.30 apa jam 11.00 gitu baru kita jalan.  
Tapi isi bensin dulu di Bimoko ~
Yeps...  dah full... 
Lanjut deh... 
***
Sampai di Pasar Oebelo kami berhenti karena K Wan mau ambil uang.  So kami nunggu di dekat pos polisi sana.  Terus...  15 menit kemudian K Wan datang. Dan kita lanjut kan perjalanan.  
TApi tiba-tiba ban motornya Reynold bocor so tinggal 3 motor. 
Dan enggak lama rantai motornya novan harus di perbaiki.  Jadi, Novan cari bengkel. Dan yang jalan tinggal empat orang ~
***
Sampai di Bank NTT sana (Amarasi kalai yah *lupa:D ) kita berhenti terus beli makanan dan minuman.  
15 menit kemudian mereka datang (Reynold & Novan) 

Btw timnya gini:  Saya & Mira, K Wan & Zahra,  Novan & Carita, Reynold & Adi ~

Kita makan dulu terus lanjut lagi ~ 

Lewat hutan cagar alam gitu terus lewat jalan berpasir ~
Saat dijalan berpasir ini Saya & Mira jatuh Π_Π gara-gara saya bawanya yang kurang handal. 
Untung aja ada K Wan, Reynold, Novan & Adi jadi mereka bantu kami dan angkat motor...  
*karena saya cewek jadi nggak bisa ngangkat yang berat gitu * 

***

20 menit dari tempat dimana kami jatuh akhirnya kami tiba di FatuBraun... :)

Asli keren abis (y) 

Disana ada batu-batuannya, jurangnya,  kita bisa liat pantainya yang indah terus pemandangan bukit:) 

Nggak percuma deh...  

Oiy, sebelum menikmati semua itu.  Kami simpan motor.  Terus naik keatas...  
Kira-kira 5 menit perjalanan lah...  

So kita foto-foto dong :D 

-

Yups...  itu foto-fotonya... 
Dan ada juga vidionya tapi kebanyakan sayanya cz saya *narsis gitu orangnya tapi pendiam ~ *eeehhh ¿


Next kita balik sampai Kupang jam 15.30 dan sampai rumah jam 18.00 karena masih copy foto di kosnya Mira.  

Oiya, tau gak??  *enggak kan?? Heehh...  
Saat balik ke Kupang saya dan Mira jatu lagi di tempat yang sama kami jatuh tadi ~ tapi ini lebih parah.  Sampai - sampai kaki saya luka dikit terus memar di bawah lutut. Kalau Mira tangannya yang terkilir...  ×_×_×_×
Akhirnya pas pulang Saya sama Adi  & Mira sama Reynold.  

***

But endingnya asik banget,  seru abizzzztttt ~ :)

Alhamdulillah:)
Thankyou All ~ ;)