Monday, 12 June 2017

Lirik lagu Nicole Zefanya (part2)


 Semua lirik lagu yang dinyanyikan oleh Nicole Zefanya.

Mulai tau & ngefans sama Nicole Zefanya itu tahun 2014 saat dia ikut kontes Red Corneto.
Dia menang terus jadi pembuka di konsernya Taylor Swift (Red Corneto).
Cover dan lagu original yang dibuatnya keren-keren.
suka juga liat kekonyolannya apalagi di video no matter where you are dan vidio 1000 subscriber youtube ... OMG ... 555 ...
nggak mau ketinggalan untuk vidio baru yang diposting Nikki. heehehee... 
I always support you Nikki :)
Youtube: Nicole Zefanya
Instagram - @niczfny
Twitter - @niczfny
dibawah ini vidio pas dia ikut kontes cornerto :)
 

***

Honeymoon Avenue x Ivy x Nights - Ariana Grande & Frank Ocean 
Mashup
 
*
I looked in my rear view mirror and
It seemed to make a lot more sense
Than what I see ahead of us, ahead of us, yeah.
I'm ready to make that turn
Before we both crash and burn
Cause that could be the death of us, the death of us, baby

You know how to drive in rain
And you decided not to make a change
Stuck in the same old lane
Going the wrong way home

I feel like my heart is stuck in bumper-to-bumper traffic,
I'm under pressure
Cause I can't have you the way that I want
Let's just go back to the way it was

When we were on Honeymoon Avenue
Honeymoon Avenue
Baby, coastin' like crazy
Can we get back to the way it was?


*
I thought that I was dreaming when you said you love me
It started from nothing
I had no chance to prepare
I couldn't see you coming
It started from nothing
I could hate you now
It's quite alright to hate me now
When we both know that deep down
The feeling still deep down is good

If I could see through walls, I could see you're faking
If you could see my thoughts you would see our faces
Safe in my rental like an armored truck back then
We didn't give a fuck back then

*
Every night fucks every day up
Every day patches the night up

On God you should match it, it's that KO
No white lighters 'til I fuck my 28th up
1998 my family had that Acura
Oh, the Legend
Kept at least six discs in the changer
Back when Boswell and Percy had it active
Couple bishops in the city building mansions
All the reverends
Preaching self made millionaire status
When we could only eat at Shoney's on occasion
After 'trina hit I had to transfer campus
Your apartment out in Houston's where I waited
Stayin' with you when I didn't have a address
Fuckin' on you when I didn't own a mattress
Working on a way to make it outta Texas
Every night

Droppin' baby off at home before my night shift
You know I can't hear none of that spend the night shit
That kumbaya shit

*
Honeymoon Avenue
Honeymoon Avenue
Baby, coastin' like crazy
Can we get back to the way it was?


...

12/12/2018

Niki New Song Uploaded on Youtube

"Sugarplum Elegy" - NIKI -

Seven months olderAir’s getting cold, our bed’s startin’ to creakGod knows where you areI’m here waiting for love through a screen You show me the outfit you choseFor the dinner and tonight’s showMust be nice to be your clothes Second to none even at your worstSometimes I wish you’d put me firstNowadays you’re such a blur We keep dancing around the innocent truth that we’re just... Out of time (ooh)Must I die before you feel alive? (ooh)A curse in a graceful disguise I love you too much to stay in love How are you darling? How are you, really?How was Taiwan? (you never say) Thanks for the flowers, but you’ve been here hoursYet your coat’s still very much on Tiptoein’ around the bitter truth but we both know... It's just time (ooh)Must I die before you feel alive? (ooh)A curse in a graceful disguise Great was our love, it was one for the booksWe gave it the best that we couldBut I won’t recite all my lines just to watch you and I...lie I’m so proud I got to love you once




Tuesday, 25 April 2017

Real Trip and Adventure at Pantai Teres



Saya (Elsa), Dian, Mirah, Zahra, k Wan dan k Yusmiar pergi ke Pantai Teres dan ini cerita kami…
Rencana pergi ke pantai ini sudah dari dua hari yang lalu tepatnya tanggal 15 April 2017. Sebelumnya chattingan dulu di fb namun rencana tersebut  dibatalkan. Dan satu hari sesudahnya saya mendapatkan sms dari Zahra “Assalamualaikum… Elsa bsok jln ko?” namun saya baru membalas pesan tersebut di tanggal 17 April “Mbb… Jln pi mana zar? Emang ni hari masih libur?”. Zahra bilang “Iya masi elsa, klo u mmg mau jln u sms ka yusmiar n k wan e, b snd ada paket bbm ni”. B balas “OK”.
Jadi, b sms semua dan fix jam 10 sudah ada di depan halte kampus.
Ngomong-ngomong dari hari Rabu, 13 April kami memang libur dalam rangka perayaan Paskah bagi umat Katolik.
Jam 10:05, saya sudah tunggu di depan halte namun belum ada siapa-siapa. Sepuluh menit kemudian saat mau beli tisu di kios, k Yusmiar datang. Lalu kami menjemput Mira di kosnya. Setelah sampai di Mira kami jemput Dian. Saat itu kami lewat jalan bawah di dekat kosnya Mira karena katanya dari situ tembus gereja di Oesapa. Karena baru pertama kali gw lewat situ yaudah, jalan aja. Terus gw liat-liat sekitar lingkungan situ, gw liat ada satu rumah yang mirip sama rumahnya Dian dan ternyata memang itu rumahnya Dian. Ternyata jarak kosnya mira dengan rumah Dian dekat banget. “teett…teeet.” Saya mengelakson di depan rumahnya dian dan memberitahukan k Yusmir dan Mira untuk berhenti. Lalu setelah menjemput Dian kami menuju K Wan sama Zahra yang sudah menunggu di Tarus.  
Sebelum jalan kami berdoa dulu tapi “cepat le doanya” kata Dian. Gw mah senyum aja…
Kurang lebih 30 menit, perjalanan kami sampai di Pasar Oesao. Disana kami berhenti sejenak lalu kami bilang sama k Yusmiar “jalannya jangan ngebut-ngebut k.” “b takut hujan disana” jawabnya. “sonde hujan. Ko ini ada pawai ju, paling dong su palang hujan. Jalan santai sa” balas kami.
Memasuki kawasan hutan lindung jalanan berkelok-kelok. Tiba-tiba saja motor yang di tumpangi k Wan dan Zahra melonceng ke pinggir dan mereka hampir jatuh. Saya dan Dian hanya tertawa saja dan khawatir juga.
Dua puluh menit berlalu, kami pun sampai di jalan menurun dan berpasir. Jalanan ini adalah jalan menuju Fatubraun dan juga Pantai Teres. Untuk menuju Pantai Teres, memerlukan perjuangan yang lebih lagi karena jalanan masih panjang sekitar  6km dari Fatubraun.  
Sebelum melewati jalan menurun tersebut, saya memberhentikan motor dan meminta Dian untuk menjadi joki karena saya takut jatuh sebab sebelumnya saya pernah melewati jalanan tersebut dan dua kali jatuh di tempat yang sama. Kami pun jalan. Tapi belum dua menit berjalan ternyata k Yusmiar dengan Mira tumbang (jatuh) dari motor. Lalu k Wan pergi menolong mereka.
Mira “kak Yusmiar ni, bukan angkat motor dulu malah angkat b ni. B pu kaki tertendes motor (sambil ketawa dengan muka sedih dan agak jengkel)”.
Sampai di cabang menuju Fatubraun dan Pantai Teres. Di jalan menuju pantai Teres ini jalanannya lebih menurun dan menyeramkan.
 “Elsa, mundur do” kata Dian.
Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Dian karena saat itu, saking lucunya saya hanya bisa ketawa sampai perut saya sakit. Karena saking menurunnya jalan tersebut saya yang dibonceng Dian merosot sampai di tempat duduknya Dian. Dan Dian sampai-sampai berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk. 😃  padahal ya sudah memegang pegangan di belakang motor. Disitu saya dan Dian hanya bisa tertawa. Untung masih ada jalanan yang rat, lalu saya meminta dian untuk berheni. Dan kami membenarkan posisi duduk kami masing-masing. 😃
Sebelum ke pantai, kami menyempatkan berfoto di dekat Fatubraun.
Kami meminggirkan motor dan menyetandarkannya kemudian menaruh helm di motor masing-masing.
Yang lain sudah berfoto sedangkan saya dan Dian baru akan menaruh helm kami. Saya pun menaruh helm di motor saya dan tidak lama di ikuti Dian. Sedang asik-asiknya dan belum lama berfoto tiba-tiba “bruk…” motor saya jatuh. Helm yang kami taruh menggelinding ke bawah. Untung saja tidak menggelinding terlalu jauh.  Kemudian saya dan Dian langsung mengambil helm dan para cowok memberdirikan motor. Lalu saya meminta Dian untuk memarkir motor di bagian kanan jalan yang jalanannya lebih rata. Ternyata tadi kami memarkir motor belum betul sehingga motor tersebut jatuh.
Setelah puas berfoto di situ kami melanjutkan perjalanan. 
Saat ada view yang bagus, saya dan Dian berhenti dan berfoto sehingga teman lain yang sudah duluan jalan mereka harus berhenti karena menunggu kami yang lama datang.
Jam setengah dua siang, sampailah kami di jalanan beraspal area pantai. Alhamdulillah jalanannya sudah halus.
Kami lalu ke arah kiri namun tidak melihat Pantai Teres, yang ada hanyalah kali dan Mira “hee….? (bingung) ini kan jalan pulang”.  “Jadi, dimana Pantainya?, masa hanya begini sa? Ketong balik sa ke jalan kanan, mungkin disitu pantainya.” kata saya. Saat jalan ada pesawahan lalu kami berhenti untuk berfoto-foto lagi. Padahal pesawahan yang dekat Kupang ada di Oesao, tapi kami malah foto di tempat ini. Setelah berfoto kami melanjutakan perjalanan. Sepanjang perjalanan jalan di pantai tersebut beraspal namun ada beberapa bagian yang rusak, sehingga terkadang kami yang mengendarai motor rasa-rasanya mau jatuh. Dan kami belum ketemu letak Pantai Teres yang biasanya di kunjungi wisatawan.
Saya melihat di bagian kanan pantai ada batu-batu yang besar lalu kami pun memutuskan menuju ke batu-batu tersebut. Saat jalan, kami melihat sekumpulan bapak-bapak yang adalah penduduk setempat dan kami bertanya kepada mereka “Pak, Pantai Teres dimana?”, “disana” (tunjuk bapak itu ke arah kiri) , “kalau yang disebelah kanan pantai apa ,pak?”, “Pantai Batu Tujuh” jawab si bapak.
Kami pun pergi ke Pantai Batu Tujuh.
Dua puluh menit perjalanan dan tinggal setengah perjalanan lagi, mungkin kami sudah sampai di Pantai Batu Tujuh tersebut. Namun sayang jalan menuju pantai rusak dan tidak memungkinkan. Dari pada kenapa-kenapa kami akhirnya balik ke Pantai Teres. Saat balik, awan hitam tebal datang dari arah utara. Namun kami malah berhenti sejenak di pantai untuk berfoto. Di pantai tersebut ada tanaman rumput yang bentuknya seperti bulu babi tapi warnanya coklat. Karena menurut saya dan Dian tanaman tersebut unik maka kami berfoto disitu. Sampai-sampai Dian mengambil tanaman tersebut sebagai kenang-kenangan. Setelah itu kami berdiskusi tentang jalan pulang mau melewati yang mana. Awalnya kami mau ikut sarannya Mira lewat jalan satunya yang tidak susah mananjaknya namun kami tidak jadi melewatii jalan yang di sarankan Mira tersebut karena saat kami tanya di salah satu penduduk, katanya jalan tersebut tidak bisa dilalui. Akhirnya kami nekat melewati jalan di Fatubraun lagi. Saat kami jalan, hujan sudah tiba. Kami pun basah kuyup.
Belum ada seperempat perjalanan motor saya dan k Yusmiar tidak bisa jalan karena ban motor kami dipenuhi lumpur. Sedangkan k Wan dan Zahra sudah duluan di atas perbedaan jarak kami adalah 3km.
Karena motor kami tidak bisa jalan, akhirnya kami memutuskan untuk turun kembali dan melewati jalan yang di sarankan Mira. Saat itu kami terik-teriak memanggil k Wan dan Zahra namun mereka sudah terlanjur jauh. Becek, lumpur, basah, licin, dingin dan butuh perjuangan. Itulah yang tergambar saat kami mau menuruni jalan di Fatubraun. Baru jalan sedikit motor macet karena lumpur tersebut menempel di ban motor dan membuat motor itu tidak bisa bergerak, sampai-sampai bagian bawah sepatu yang saya gunakan juga dipenuhi lumpur juga dan sepatu saya seperti ditambah hak 3cm dari lumpur tersebut dan saat saya jalan yang ada badan saya sulit untuk degerakan, saya berjalan seperti sebuah robot. Saat itu mira yang paling senang ngetawain saya.  Badan basah, baju dan celana kotor karena lumpur, sepatu terkena tanah basah dan saat jalan pun sulit. Kami lalu membuka sepatu dan sandal alias kami nyeker tanpa alas kaki. Saya, Dian, Mira dan k Yusmiar ganti-gantian membersihkan ban motor yang terkena lumpur baik dengan tangan maupun dengan ranting kayu dan kami bergantian menyetir.
Karena kerepotan, tanaman yang ingin di bawa pulang sama Dian dibuang di situ.  ☹ memang agak repot juga membawa tanaman tersebut.  
Saat  k Yusmiar dan Mira masih berhenti sejenak. Saya dan Dian perlahan melanjutkan perjalanan. Kami mencari jalan yang ada tumbuhannya agar motor bisa jalan sedikit demi sedikit. Mungkin ada setengah kilo meter sebelum sampai di jalan beraspal, motor saya jatuh dua kali saking licinnya. Karena cuma berdua, saya dan Dian lalu berusaha berdirikan motor saya yang besar dan berat itu. Akhirnya, kami sampai juga di jalan beraspal. Kemudian kami berhenti di kali dan membersihkan motor dari lumpur yang menempel tersebut.
Tidak lama, Mira dan k Yusmiar datang dan di belakang mereka ternyata ada Zahra dan k Wan. Sudah bersih sedikit, saya dan Dian duluan jalan. Tiba di pertigaan dan kami bingung mau lurus terus atau belok kiri. Akhirnya kami menunggu yang lain datang. Lima menit menunggu akhirnya merekapun datang. “Lamaya” kata kami.
Kami bertanya sama Mira tentang jalan pulang yang dia lalui dulu dan ternyata dia juga tidak terlalu ingat jalan tersebut. untung ada seorang bapak dengan mobil lewat. Kami lalu bertanya. Kata bapak tersebut kalau mau pulang ke Kupang lewat jalan ini (arah utara) kalau lurus (arah timur) itu jalan buntu.  Tanpa memperlama waktu kami pun jalan mengikuti instruksi yang bapak tadi katakan.
Baru jalan sepuluh menit seorang  anak laki-laki dari arah depan mengatakan “jalanan tidak bisa lewat, kali meluap”.  Saat itu ada sebuah mobil yang mengangkut kayu bakar. Mereka juga berhenti karena tidak bisa lewat. Kami bertanya sama anak tersebut “air kali berhenti keluar kapan?”. “malam baru berhenti kak”  kata anak itu. Panik dan takut itulah perasaan para cewek karena ini di hutan dan sudah mulai gelap waktu menunjukkan pukul 17.30, lalu perasaan kami  khawatir karena besok kami masuk kuliah. Sambil menunggu air berhenti, penduduk setempat mencoba berjalan di kali menuju seberang. Kami si empat cewek menunggu di motor dan makan bekal yang kami bawa. Saat itu juga kami mencari ide jika tidak bisa pulang besok apsen kampus bilang apa?. Mira bilang “taruh sakit sa nanti tinggal minta surat keterangan sakit di dokter”. Kata saya “mending ketong rekam ini kejadian supaya jadi bukti”. Namun saat itu masih hujan rintik-rintik dan tidak ada yang mau mengeluarkan hp masing-masing, takut hpnya rusak. Dan saat itu juga  Zahra cerita kalau dia tadi hampir hanyut di kali yang pertama,  utung k Wan langsung tarik dia. Lima menit berselang si supir mobil mencoba menerjang arus di kali dan Alhamdulillah, utungnya berhasil ke seberang. Hujan sudah reda, saya mengeluarkan hp saya dan merekam kejadian yang menurut saya ini adalah perjalanan yang sangat langka dan menantang sekali. Lalu si supir dan penduduk setempat membantu kami menyeberangi kali di arus yang deras. Saat merekam kejadian ada seorang mama yang bilang ke saya biar tante yang rekam saja nanti baru ambil hp karena saat itu saya, Dian, Mira dan Zahra menyeberangi kali tersebut. Kami pun sampai di seberang. Kemudian k Wan menyeberangkan motor kami satu persatu. Ini baru dua rintangan dan ternyata di depan masih banyak rintangan lainnya.
Satu jam perjalanan menuju jalan besar beraspal kami masih harus melewati tanjakan yang bebatuan , yang licin dan berlumpur. Motornya Zahra bensin belum di isi, motor saya sulit melaju karena tanah yang berlumpur sedangkan motornya k Yusmiar tidak bisa mendaki jika dinaiki dua orang. Jadi, sepanjang perjalanan kami harus berjalan kaki dulu pada saat di tanjakan maupun di jalan berlumpur kemudian naik lagi ke kendaraan saat jalanan rata, lalu kami harus dorong motor saat motor mogok. Mobil yang bersama kami pun terkadang mogok. K Wan dan k Yusmir beberapa kali bantu mendorong mobil tersebut. Saat itu sudah gelap dan kami mash berada di tengah-tengah perjalanan yang menantag. Yang melewati jalanan tersebut ada empat motor dan satu mobil. Beberapa menit kemudian ada sebuah mobil yang ternyata itu adalah mobl si bapak yang diawal kami menanyakan arah jalan pulang ke Kupang. terkadang kendaraan lain sudah duluan dan yang dibelakang adalah kendaraan saya dengan Dian. Kenapa posisi kami bisa di belakang? Motor yang dikendarai kami tidak bisa jalan menanjak jika diduduki dua orang. Jadi, saya harus turun dan membatu Dian menjalankan motor. Saat itu kami takut karena kami perempuan, terus hari gelap, dan kami yang terbelakang. Jadi, kami selalu mengejar mobil yang sudah di depan kami supaya kami tidak berada di posisi belakang lagi. Kami sudah berada di depan mobil dan beberapa saat kemudian motor berat lagi dan tidak mau gerak. Saya harus turun lagi dari motor. Saat itu karena sudah capek dan yang lain sudah di depan termasuk Dian dan saya masih di belakang. Akhirnya saya numpang di mobil si bapak. 😃 lalu sampailah kami di jalan besar dan si bapak mengelakson Dian, k Wan dan k Yusmir agar mereka berhenti karena saya ada di dalam mobil tersebut. Tapi mereka malah mau jalan terus. Untung salah satu dari mereka ada yang sadar kalau saya berada di dalam mobil tersebut dan akhirnya mereka berhenti dan saya pun kembali ke kendaraan saya.   
Sudah azan Isya dan kami pun tiba di rumah penduduk yang berjualan bensin. Kami lalu membeli bensin tersebut. k Yusmiar membeli tiga botol, saya dua botol dan Zahra dua botol. Namun yang menjadi kendala di sini adalah kunci motornya Zahra hilang, akibatnya jog motor tidak bisa di buka, kami pun mencari cara agar jog motor tersebut bisa terbuka kembali. Mulai dari pinjem obeng di teman lain dan si penjual, meminjam gunting dan ketika ada orang yang lewat kami meminta pertolongan. Namun tetap saja jog motor tersebut tidak bisa di buka. Untungnya jog motor masih bisa dibuka sedikit dengan mengangkat tempat duduk motor dan bisa dimasuki satu tangan. Alhamdulillah tempat pengisi bensin juga bisa dibuka kami lalu mengisi besin. Disitu K Wan yang mengangkat tempat duduk, k Yusmiar yang memegang selang, saya dan Mira yang mengisi bensin, dan Dian yang memberi penerangan menggunakan senter hp. Dan untungnya motornya Zahra masih nyala walaupun tidak ada kunci motor. Lalu, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Kupang. Jalan yang kami lewati ini berbeda dari jalan sebelumnya, namun tetap tembus di jalan besar. Saat itu sudah pukul tujuh malam dan kami masih melewati kawasan hutan lindung. Suasana disana sepi, gelap, dan berkabut lalu hanya ada tiga kendaraan yang lewat yaitu kendaraan yang kami bawa. Dan beruntungnya beberapa menit kemudian banyak kendaraan di depan yang searah dengan kami. Jadi, tidak sepi lagi.
Dingin, tubuh saya menggigil sedikit, untungnya saya masih bisa bertahan sampai akhir. Saat itu yang bawa motor saya adalah Dian namun karena Dian kecapekan dan kepalanya sudah pusing, maka saya yang gantian mengendarai sampai pulang.
Akhirnya kami sampai di Pasar Oesao. Kami berhenti sebentar untuk beristirahat sejenak. Saat itu kami tertawa dengan keadaan kami yang kotor akibat lumpur disana, kami seperti habis membajak sawah.  Sepanjang perjalanan orang-orang yang lewat di sekitar kami membicarakan kami.
Karena motor kotor, saya minta agar cari tempat cuci motor dulu. Sepanjang perjalanan saya tanya di Dian “tempat cuci motor masih ada yang buka ko?”. Dian bilang “ada di Oesapa”. Tapi sebelum sampai Oesapa, Dian ingat kalau di Sitarda ada tempat cuci motor jadi, kami langsung kesana. Untung tempat cuci motornya belum tutup alias masih buka. Kami langsung cuci motor di situ. Namun saat ditanya cuci motor harganya berapa, si pencucinya bilang lima belas ribu. Padahal biasanya cuci motor hanya sepuluh ribu. Mungkin karena kondisi motor yang lengket dengan lumpur dan kotor sekali. Mau dikatakan apa lagi, sudah malam begini akhirnya kami cuci saja motor kami dengan harga segitu. Dan si pencuci motor juga menertawai karena keadaan kami yang kotor dipenuhi lumpur.
Di tempat cuci motor, kami meminta air untuk membersihkan sepatu, celana dan kaki kami yang berlumpur.
Sambil menunggu kami duduk dan menanyakan keberadaan Zahra dan k Wan. Selang beberapa menit telpon saya bunyi, ternyata mama telepon “dek, dimana? Sudah malami gini, kapan pulang?” dengan seribu satu alasan saya pun menjawab “lagi di Dian, dan masih di tempat cuci motor ma, sedikit lagi baru pulang”. “jangan malam-malam pulangnya” kata mama. “iya” jawab saya.
Lalu ada telepon lagi dari Zahra “besong dimana?”. “lagi di Sitarda dekat Hemart, datang sini sa”. Beberapa menit kemudian Zahra dan k Wan datang. Lalu k Wan mengambil kunci motor saya yang tergantung di motor. ternyata dia mencoba mematikan motornya Zahra dengan kunci tersebut, berhasil mati namun saat mau dinyalakan tidak bisa lagi. Ooo…ooo… “kenapa di matin?” kata Zahra. Satu masalah bertambah. Dan sekarang gimana caranya k Wan dan Zahra pulang?. Kak Wan kembali mengutak-atik kontak motor siapa tau bisa nyala, saya dan k Yusmiar juga bergantian mencobanya namun tetap saja tidak bisa. Di situ Zahra cerita lagi kalau sendalnya ketinggalan di tempat jual bensin akhirnya dia nyeker.
Jam Sembilan malam motor kami telah bersih. Dan k Wan sudah menelepon Iky untuk datang dan menolongnya derek motor, k Yusmiar juga bersama mereka. Saya, Dian dan Mira pun akhirnya satu motor bertiga. Kami pulang duluan. Pertama-tama anter Dian ke rumahnya lalu dari situ Dian dengan Mira satu motor pakai motornya Dian dan saya sendiri. Kami mengantar Mira ke kosnya. Karena saya penakut, saya minta Dian antar saya sampai di Stim namun Dian bilang “sudah sampai di Bundaran sa”. Belum sampai di Bundaran tiba-tiba ban motor depannya Dian kempes di depan Kampus Undana. Akhirnya Dian mengantar saya sampai di situ saja dan saya pun melanjutkan perjalanan pulang.  Saya sampai di rumah jam sepuluh malam.
Perjalanan ini memberikan banyk pelajaran kepada kami dan kami mungkin insyaf untuk perjalanan yang kami sendiri belum tau rintangan dan kondisi tempat tersebut. lelah, letih, dan cape. Liburan kali ini sungguh diluar dugaan dan melebihi film nekad treveller atau my trip my adventure. Liburan kali ini membuat saya kopok untuk berjalan jauh. Ditambah lagi keesokan harinya setelah bangun tidur. Badan terasa capek, saat menaruh kaki ke tanah yang dirasakan adalah kaki seperti meninjak duri lalu badan kami sedikit tergores dan luka terkena duri atau benda-benda asing saat perjalaanan kemarin.

Ini Vidio perjalanan kami